Minggu, 16 Desember 2012

filsafat agama


Judul buku:filsafat agama wisata pemikiran dan kepercayaan manusia
Pengarang:prof Dr.amsal Bakhtiarr,M.A.
Penerbit:PT RAJA GRAFINDO PERSADA,JAKARTA
Jumlah Halaman;269



Pengantar
     Segalapuji bagi Allah,tuhan semesta alam.atas berkahnya dan inayahnya penulisan tgs resensi filsafat agama dirampungkan.sholawat dan salam diaturkan kepada junjungan Nabi besar Muhamad SAW.,karena perjuangan beliau akhirnya dapat menyelesaikan tugas resensi ini.pendekatan filsafat terhadap agama amat diperlukan karena pendeekatan ini akan dapat memberikan setidaknya pemahaman yang mendalam dan pengertian yang menyeluruh tentang akar suatu persoalan.resensi filsafat agama inimengungkapkan berbagai persoalan dalam bidang agama,baik yang klasik maupun yang kontemporer untuk dianalisis secara lebih proporsional dan tajam.contonya persoalan tentang wujud tuhan dan kepercayaan kepadanya akan memunculkan berbagai argumen yang mempertahankan wujud tuhan dan argumen yang meragukanya dan bahkan menolakNya.dari kepercaan tersebut akan menimbulkan implikasi yang amat besar,yakni sistem  hubungan dengan tuhan dandan kepercayaan dan hal- hal terkait dengan hidup setelah mati.  
     Kepercaan akan semakin kokoh jika dapat mengungguli kepercayaan yang lain yang bertentangan salah satunya dalam paham atheis dan agnostis.karena itu didalam buku yang saya rangkumkan ini akan menawarkan kesejukan lain dari apa yang pernah kita alami selam ini tentang agama filafat agama seoalh-olah  membawa kita berwisata dalam hutan pemikiran dan kepecayaan manusia selama ribuan tahun.yangjelas emakin ita menjelajahi pemikiran dankepercayaan itu smakin sadar bahwa kita amat kecil dibandingkan sejarah manusia dan alam.





BABI
AGAMA DAN FILSAFAT
( WAHYU DAN AKAL)

A.    Agama sebagai objek kajian filsafat
Agama adalah suatu system kepercayaan kepada tuhan yang dianut oleh sekelompok manusia dengan selalu mengadakan interaksi dengan-nya. Pokok persoalan yang dibahas dalam agama adalah interaksi tuhan, manusia dan hubungan manusia dengan tuhan. Tuhan dan hubungan manusia dengan-nya merupakan aspek metafisika, sedangkan manusia sebagai makhluk. Dengan demikian, filsafat membahas agama dari segi metafisika dan fisika.
Ditinjau dari segi objek material filsafat agama objeknya berdimensi metafisik dan fisik. Sedangkan di tinjau dari objek formalnya adalah sudut pandang yang menyeluruh, rasional, objektif, bebas, dan radikal tentang pokok-pokok agama. Karena itu pembahasan filsafat agama perlu di tekankan pada segi obyektivitas, kendati tidak di nafikan sama sekali masuknya unsure subjektivitas tadi. Namun, dari pembahasan dasar agama yang besifat umum di usahakan seobjektif mungkin.
Berfikir secara bebas dalam membahas dasar-dasar agama data mengambil dua bentuk, yaitu :
a.       Membahas dasar-dasar  agama secara analitis  dan kritis tanpa terikat pada ajaran-ajaran dan tanpa ada tujuan untuk menyatakan kebenaran suatu agama :
b.      Membahas dasar-dasa agama secara analitis dan kritis dengan maksud untuk menyatakan kebenaran ajaran-ajaran  agama, atau sekurang-kurangnya untuk menjelaskan bahwa apa yang diajarkan agama tidak bertentangan dengan logika. Dalam pembahasan semacam ini seseorang masih terikat pada ajaran agama.
Dengan demikian, bias dikatakan bahwa filsafat agama pada hakikatnya adalah pembahasan yang mendalam tentang ajaran dasar agama.

B.     Pengertian filsafat agama
Menurut logika dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar persoalan. Filsafat adalah pembahasan tentang segala yang ada secara radikal, rasional, sistematis, bebas, kritis, dan universal. Setelah diketahui pengertian filsafat dan agama, maka definisi filsafat agama diperoleh dari gabungan keduanya, yaitu sebagai suatu usaaha membahas tentang unsur-unsur pokok agama secara mendalam, rasional, menyeluruh, sistematis, logis dan bebas.

C.    Perbedaan pendekatan teologis dan filosofis
Teologi terdiri atas dua kata theos yang berarti tuhan dan logos yang berarti ilmu. Jadi, teologi adalah ilmu tentang tuhan atau ilmu ketuhanan. Pokok pembahasan teologis adalah tuhan dan segala Sesutu yang terkait dengan-nya. Pengetahuan teologi.
 Perbedaan yang terperinci antara filsafat dengan teologi adalah sebagai berikut.
1.      Filsafat meletakkan tuhan sebagai titik akhir atau kesimpulan seluruh pengkajiannya, sedangkan teologi memandang tuhan sebagai titik awal pembahasannya.
2.      Filsafat mendasari premisnya atas induksi/ akal, sedangkan teologi langsung dari wahtu.
3.      Filsafat menjelaskan tuhan sebagai zat yang impersonal. Sedangkan teologi melihat tuhan sebagai zat yang personal.
4.      Dalil filsafat tidak untuk mempertahankan keyakinan agama tertentu. Filsafat bermaksud menyatakan kebenaran dasar semua agama tau ketidak benaran dasar-dasar itu. Sedangkan teologi menerima ajaran agama tertentu sebagai suatu kebenaran, dan bertujuan untuk mempertahankan keyakinan agama tersebut.
Disamping perbedaan-perbedaan diatas, filsafat dan teologi juga memiliki persamaan antar lain adalah.
1.      Filsafat daan teologi sama-sama tidak pernah tuntas membahas ekstensi tuhaan.
2.      Objek pembahasan filsafat dan teologi sama : yaitu tentang wujud tuhan sebagai zat yang paling sempurna dan abadi.
3.      Filsafat dan teologi sama-sama memberikan argument yang rasional mengenai tuhan.
4.      Filsafat dan teologi sepakaat bahwa tuhan adalah sumber segala yang ada.

BABII
PROBLEMATIKA EPISTEMOLOGI
A.    Teori kebenaran ( korespondensi, koherensi,pragmatism, dan hudhuri)
Matematika adalah bentuk pengetahuan yang penyusunannya dan pembuktiannya didasarkaan pada teori koherensi. Paham lain adalah kebenaran yang berdasarkan kepada teori korespondensi, yang dipelopori oleh Bertrand Russell. Menurutnya, teori korespondensi adalah suatu pernyatan benar jika materi pengetahuan yang dikandung oleh pernyataan itu berkorespondensi ( hubungan / cocok). kedua teori kebenaran itu digunakan dalam cara berfikir ilmiah.
Disamping kedua teori tersebut, ada lagi teori yang bias dijadikan ukuran kebenaran, yaitu pragmatism. Teori ini dicetuskan oleh Charles S. peirce dalam sebuah makalah yang terbit pada tahun 1878 yang berjudul how to make our ideas clear.
B.     Hakikat pengetahuan ( idealisme dan realisme)
Realisme yang mempunyai pandangan realistis terhadap alam. Dengan demikian, realisme berpendapat dapat pengetahuan adalah benar dan tepat bila sesuai dengan kenyataan. Teori kedua tentang hakikat pengetahuan adalah idealisme. Ajaran idealisme menandaskaan bahwa untuk mendapatkan pengetahuan yang benar-benar sesuai dengan kenyataan adalah mustahil. Kalau pada realism mempertajam perbedaan antara yang mengetahui dan diketahui, maka idealisme adalah sebaliknya. Bagi idealisme, dunia dan bagian-bagiannya harus dipandang sebagai hal-hal yang mempunyai hubungan, seperti organisme dengan bagian-bagiannya.
C.    Sumber pengetahuan ( empirisisme, rasionalisme, dan iluminasionisme)
Menurut empirisisme, pengetahuan diperoleh dengan perantaara panca indra. Panca indra mendapatkan kesan-kesan dari apa yang ada di alam nyata dan kesan-kesan berkumpul dalam diri manusia. Teori kedua tentang cra memperoleh pengetahuan adalah raasionalisme. Rasionalisme berpendirian bahwa umber pengetahuan terletak pada akal.
Immanuel kant berpendapat bahwa untuk mendapatkan pengetahuan benar, seseorang harus membedakan empat macam pengetahuan, yaitu analitis a priori, sintetis a priori, analitis a posteriori dan sintetis a posteriori. Pengetahuan a priori adalah pengetahuan yang tidak tergantung pada adanya pengalaman atau yang ada sebelum pengalaman. Menurut kant, analitis a priori mendatangkan sesuatu yang baru kepada subjeknya diperoleh taanpaa pengalaman. Sintetis a posteriori adaalah kebalikan dari sintetis a priori, bahwa pengetahuan yang di peroleh mendaatangkan hl yang baru akibat dari pengalaman.
BABIII
PENGEMBANGAN KONSEP-KONSEP KETUHANAN
Dalam studi filsafat agama, konsep perubahan system kepercayaan kepada yang ghaib itu sangat penting karena salah satu pokok ajaran agama adalah mengenai adanya zat yang ghaib dan suci. Untuk memudahkan studi ini, diuraikan secar rinci perkembangan konsep-konsep ketuhnan dimuli dari dinamisme, animiame,politeisme, henoteisme dan akibatnya monoteisme.

A.DINAMISME DAN ANIMISME
 
         Istilah dinamisme berasal dari kata dinamo artinya kekuatan. Dinamisme
adalah paham/kepercayaan bahwa pada benda-benda tertentu baik benda
hidup atau mati bahkan juga benda-benda ciptaan (seperti tombak dan keris)
mempunyai kekuatan gaib dan dianggap bersifat suci.
Animesme: Animisme adalah agama yang mengajarkan bahwa tiap-tiap benda, baik yang beryawa maupun tidak bernyawa mempunyai roh. Tujuan beragama dalam Animisme adalah mengadakan hubungan baiik dengan roh-roh yang ditakuti dan dihormati itu dengan senantiasa berusaha menyenangkan hati mereka.
B.Politeisme        
Kepercayaan pada kekuatan gaib yang meningkat menjadi kepercayaan pada roh disebut animism megalami beberapa tahap perkembangan. Pada awalnya penganut animisme mempercayai semua benda mempunyai roh. Kemudian dari sekian benda yng ada mempunyai roh. Ada yang kuat sehingga menimbulkan pengaruh pada lam. Benda yang dianggap pling kuat itu kemudian dijadikan symbol penyembahan dan peribadaatan.
C.HENOTISME DAN MONOTHEISME
 Henoteisme adalah paham tuhan nasional. Paham yang serupa terdapat dalam perkembangan keagamaan masyarakat yahudi.
Monotheisme adalah faham yang meyakini Tuhan itu tunggal dan personal, yang sangat ketat menjaga jarak dengan ciptaanNya.
BABIV
ALIRAN-ALIRAN DALAM KONSEP KETUHANAN

Aliran mengenai konsep ketuhanan berbeda dengan perkembangan konsep kepercayaan kepada Tuhan. Kalau perkembangan konsep ketuhanan lebih menekankan pada aspek sejarah, sedangkan dalam aliran tentang konsep ketuhanan tidak dilihat dari aspek sejarah, tetapi hubungan Tuhan dengan dunia dan makhluk-Nya.
Aliran-aliran mengenai konsep ketuhanan juga bisa disebut dengan pandangan dunia (world view) tentang Realitas yang tertinggi.seseorang perlu menganalisis pandangan dunia tentang Tuhan satu persatu, agar dia bisa membedakan antara satu paham dengan paham yang lain dan sekaligus mencari titik persamaan.
A.      Teisme
Teisme berpendapat bahwa alam diciptakan oleh Tuhan yang Maha Sempurna, sehingga antara Tuhan dan makhluk sangat berbeda. Menurut teisme Tuhan berada di alam (immanent) dan Dia juga jauh dari alam (transcendent). Ciri lain dari teisme menegaskan bahwa Tuhan setelah menciptakan alam, tetap aktif dan memelihara alam. Agama-agama besar pada dasarnya menganut paham teisme, seperti Yahudi, Kristen dan Islam.
B.       Deisme
Kata deisme berasal dari bahasa Latin deus yang berarti Tuhan. Menurut paham deisme Tuhan berada jauh di luar alam. Tuhan menciptakan alam dan sesudah alam diciptakan-Nya. Ia tidak memperhatikan dan memelihara alam lagi. Alam berjalan sesuai dengan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan ketika proses penciptaan. Peraturan-peraturan tersebut tidak berubah-ubah dan sangat sempurna.
C.      Panteisme
Panteisme terdiri atas tiga kata, yaitu pan, berarti seluruh, theo berarti Tuhan, dan isme, berarti paham. Jadi pantheism atau pantesime adalah paham bahwa seluruhnya Tuhan berpendapat bahwa seluruh alam ini adalah Tuhan dan Tuhan adalah seluruh alam. Benda-benda yang dapat ditangkap dengan pancaindra adalah bagian dari Tuhan. Manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan benda mati adalah bagian dari Tuhan.

D.      Panenteisme
Panenteisme berpandangan bahwa panenteisme Tuhan adalah Pengatur dari materi yang sudah ada, bekerjasama dengan alam, tergantung pada alam, berubah menuju kesempurnaan.
Panenteisme memandang hubungan Tuhan dan alam sama dengan pikiran berhubungan dengan tubuh. Namun panenteisme menganggap “tubuh” (alam) Tuhan adalah satu kutub dan “akal” (yang diluar alam)-Nya adalah kutub yang lain. Pernyataan ini bersesuaian dengan para pemikir modern yang mengatakan bahwa daya akal tergantung pada otak, begitu juga penganut panenteisme meyakini bahwa Tuhan tergantung pada alam dan alampun tergantung kepada Tuhan.

BABV
BERBAGAI BENTUK KERAGUAN DAN PENOLAKAN TERHADAP AGAMA
A.      Empirisme
David Hume adalah tokoh filsafat barat yang mengembangkan filsafat empirisisme. Menurut David Hume manusia tidak membawa pengetahuan bawaan dalam hidupnya. Sumber pengetahuan adalah pengamatan. Pengamatan memberikan dua hal, yaitu kesan-kesan (impressions) dan pengertian-pengertian atau idea-idea (ideas).
David Hume menegaskan bahwa pengalaman lebih memberi keyakinan dibanding kesimpulan logika atau kemestian sebab akibat. Hume menghujat argumen ontologis dan kosmologis tentang keberadaan Tuhan dan sekaligus membatasi kemampuan akal.
B.       Positivisme
Positivisme, kata asalnya adalah “positif”, berarti yang diketahui, yang faktual dan yang positif. Segala uraian yang diluar fakta atau kenyataan dikesampingkan. Oleh karena itu metafisika ditolak. Apa yang diketahui secara positif adalah segala yang tampak dan dapat diukur.
Positivisme memandang agama sebagai gejala peradaban manusia yang primitif. August Comte, tokoh positivisme, membagi sejarah umat manusia ada tiga tahap, pertama, tahap teologis, kedua, tahap metafisika, ketiga, tahap positif.



C.      Materialisme
Bibit materialisme bisa ditelusuri dari ajaran Demokritos tentang atom. Demokritos, sebagaimana para filosof alam zaman Yunani Kuno, mengatakan bahwa alam terdiri dari atom-atom yang tidak terbatas jumlahnya.
Ajaran demokritos ini kemudian dikembangkan oleh Ludwig Feuerbach dan Karl Marx abad ke-19. Menurut Feuerbach hanya alamlah yang berada, termasuk manusia. Kebahagiaan manusia bisa dicapai di dunia ini. Oleh sebab itu, agama dan metafisika harus ditolak.
Menurut Marx, agama adalah hasil proyeksi pikiran dan keinginan manusia. Di satu sisi agama bagi kelas elit dijadikan alat legitimasi untuk mempertahankan ketidakadilan dan menanamkan “moralitas” sesuai dengan kepetingan mereka. Disisi lain agama bagi kaum buruh dianggap pelarian dari penindasan.
D.      Freudianisme
Freudianisme bukan merupakan sebuah ideologi tetapi lebih mendekati suatu paham atau aliran. Freudianisme digunakan dalam tulisan ini untuk menunjukkan pemikiran Sigmund Freud yang berpengaruh pada agama, terutama tinjauannya dari aspek psikologi.
BABVI
AKAR KERAGUAN TERHADAP AGAMA

A.      Naturalisme
Salah satu problem yang dihadapi oleh manusia modern, terutama para ilmuwan adalah apakah agama bisa sejalan dengan teori-teori ilmiah? Sebab, ilmu menekankan pembahasannya pada alam fisik, sedangkan agama padahal yang diluar fisik. Ilmu menyelidiki natur, sedangkan agama membahas supernatur.
B.       Humanisme dan Eksistensialisme
Istilah humanisme berasal dari humanitas, yang berarti pendidikan manusia. Humanisme menegaskan bahwa manusia adalah ukuran segala sesuatu. Kebesaran manusia harus dihidupkan kembali, yang selama ini terkubu pada abad pertengahan.
Humanisme pada awalnya tidak anti agama. Humanisme ingin mengurangi peranan institusi gereja dan kerajaan yang begitu besar, sehingga manusia sebagai makhluk Tuhan kehilangan kebebasannya.
Puncak perkembangan humanisme adalah eksistesialisme. Eksistensialisme mengakui bahwa eksistensi mendahului esensi (hakikat). Sebagaimana Marxisme, eksistensialisme mengutamakan manusia sebagai individu yang bebas dan menghilangkan peranan Tuhan dalam kehidupannya. Eksistensialisme mengutamakan kemajuan dan perbaikan. Nietzsche salah seorang tokoh eksistensialisme dengan lantang mengatakan bahwa Tuhan telah mati dan terkubur.
C.      Problem Kejahatan
Kejahatan pada prinsipnya dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu kejahatan moral dan kejahatan alam. Kejahatan moral berasal dari manusia, sedangkan kejahatan alam berasal di luar kemampuan manusia.
BABVII
ARGUMEN-ARGUMEN TENTANG WUJUD TUHAN
A.      Argumen Ontologis
Argumen ontologis (ontos = sesuatu yang berwujud, ontologi = teori/ilmu tentang wujud tentang hakikat yang ada). Argumen ontologis tidak banyak berdasar pada alam nyata, tetapi argumen ini berdasarkan pada logika semata-mata.
Argumen ontologis dipelopori oleh Plato (428-348 SM) dengan teori idenya. Menurut tiap-tiap yang ada di alam ini mesti ada idenya. Yang dimaksud dengan ide ialah definisi atau konsep universal dari setiap sesuatu.
B.       Argumen Kosmologis
Argumen kosmologis ini disebut juga dengan argumen sebab akibat, yang timbul dari paham bahwa alam adalah bersifat mungkin dan bukannya bersifat wajib dalam wujudnya. Dengan kata lain, alam adalah akibat dan setiap akibat tentu ada sebabnya.
C.      Argumen Teleologis
Alam yang teleologis (telos berarti tujuan, teleologis berarti serba tujuan), yaitu alan yang diatur menurut suatu tujuan tertentu. Dengan kata lain, alam ini dalam keseluruhannya berevolusi dan beredar menuju suatu tujuan tertentu.
D.      Argumen Moral
Argumen moral ini dipelopori oleh Immanuel Kant (1724-1804). Kant berpendapat bahwa manusia mempunyai perasaan moral yang tertanam dalam jiwa dan hati sanubarinya. Orang merasa bahwa ia mempunyai kewajiban untuk menjauhi perbuatan-perbuatan buruk dan menjalankan perbuatan-perbuatan yang baik.
Kant berpendapat bahwa logika tidak dapat membawa keyakinan tentang adanya Tuhan. Oleh karena itu, ia berpendapat bahwa perasaan yang dapat menegaskan dengan jelas bahwa Tuhan itu ada.
Argumen moral ini dapat disederhanakan lagi sebagai berikut. Kalau manusia merasa bahwa dalam dirinya ada perintah mutlak untuk mengerjakan yang baik dan menjauhi yang buruk dan kalau perintah ini diperoleh bukan dari pengalaman tetapi telah terdapat dalam diri manusia, maka perintah ini mesti berasal dari suatu zat yang tahu akan baik dan buruk. Zat inilah yang disebut Tuhan.
BABVIII
TUHAN, MANUSIA, DAN ESKATOLOGI

A.      Tuhan sebagai Zat yang Personal dan Impersonal
Pada prinsipnya, Tuhan yang personal dan Tuhan yang impersonal dapat dibedakan dalam beberapa segi, yaitu :
1.      Tuhan personal menekankan pada identitas Tuhan sebagai zat yang sempurna dan perlu disembah sebagai wujud pengabdian makhluk kepada penciptanya. Tuhan impersonal tidak mempersoalkan  identitas Tuhan, tetapi yang terpenting adalah ide tentang Tuhan merupakan konsekuensi logis dari keberadaan wujud. Karena itu, Tuhan impersonal disembah dan dipuja.
2.      Tuhan personal berasal dari petunjuk wahyu, sedangkan Tuhan impersonal berasal dari kesimpulan pemikiran manusia. Karena itu, Tuhan dalam agama adalah Zat Pencipta dan sekaligus Pemelihara alam, sedangkan dalam filsafat, Tuhan hanya sebagai Sebab Awal dan tujuan segala wujud.
B.       Kekuasaan Mutlak Tuhan dan Kebebasan Manusia (Free Will)
Konsep pertama mengatakan bahwa Tuhan Maha Kuasa, manusia tidak bebas berkehendak dan berbuat. Perbuatan manusia sebenarnya adalah perbuatan Tuhan. Konsep ini dalam bahasa Arab disebut dengan jabariah, yang berasal dari kata jabara, yang artinya terpaksa. Kata ini kemudian menjadi paham jabariah. Dalam bahasa Inggris disebut  predestination (fatalisme).
Konsep kedua, perbuatan manusia adalah hakiki bukan kiasan. Manusia mempunyai kebebasan dalam berbuat, sedangkan Tuhan hanya berperan menciptakan sifat/daya kebebasan itu pada manusia. Penggunaan daya kebebasan itu sendiri diserahkan kepada manusia. Paham ini dalam istilah Arab disebut Qadariah.
C.      Hidup Sesudah Mati
Kematian adalah fakta, sedangkan hari akhirat bukan fakta, tetapi suatu keyakinan yang diperkuat oleh argumen yang logis.
Sigmund Freud, ahli psikoanalis, mengatakan bahwa yang paling ditakuti oleh manusia adalah kematian. Karena kematian itu tidak dapat ditolak, dia mencari perlindungan kepada hal yang bersifat supernatural, yaitu Tuhan. Tuhan adalah imajinasi dia sendiri yang seakan-akan dapat membantu untuk menyelesaikan misteri yang paling ditakutinya. Jadi, menurut Freud, manusia yang percaya kepada Tuhan adalah manusia yang lemah dan butuh perlindungan kepada zat yang lebih besar. Hal tersebut tidak ubahnya seperti anak kecil yang masih butuh bimbingan orang tua.
Sartre, seorang tokoh eksistensialis, yang sangat menegaskan kebebasan manusia, akhirnya ia mengakui bahwa manusia tidak bebas lagi ketika menghadapi kematian. Bagi Sartre, maut adalah sesuatu yang absurd. Pertama, karena kenyataan bahwa maut tidak bisa ditunggu, melainkan hanya bisa diharapkan akan datang.

BABIX
AGAMA DAN SAINS MODERN

A.      Peranan dan Tantangan Agama dalam Sains dan Teknologi
Seiring dengan kemajuan sains dan teknologi di Barat, nilai-nilai agama secara berangsur-angsur juga bergeser bahkan bersebrangan dengan ilmu. Bagi sebagian kalangan ilmuwan di Barat agama dianggap penghalang kemajuan. Mereka beranggapan, jika ingin maju, agama tidak boleh lagi mengurusi masalah-masalah yang berkaitan dengan dunia, seperti politik dan sains.
August Comte mengatakan bahwa agama hanya cocok untuk masyarakat yang masih primitif dan terbelakang. Sekarang menurut Comte, adalah era positivisme, yang semua kejadian dapat diukur dan diterangkan dengan rasional. Bahkan para saintis suatu saat berpendapat bahwa pencarian untuk menemukan “kebenaran” akan membawa suatu kecenderungan utama untuk menyembah sains ketimbang agama.
B.       Tujuan Agama dan Sains
agama berfungsi membimbing umat manusia agar hidup tenang dan bahagia di dunia dan di akhirat. Adapun sains dan teknologi berfungsi sebagai sarana untuk memudahkan aktivitas manusia di sunia.
C.      Agama dan Sains Modern sebagai Kebutuhan Manusia
Dalam pandangan positivisme atau materialisme, jika sains dan teknologi sudah maju, masyarakat tidak membutuhkan agama lagi sebab semua kebutuhan dan keinginan mereka sudah terpenuhi oleh sains dan teknologi. Sepintas pernyataan tersebut ada benarnya, tetapi ketika direnungkan dalam timbul soalan.
Pada dasarnya manusia ingin kebutuhan materinya cukup dan juga merasa puas dan bahagia dengan kecukupan itu. Agama mengajarkan pemeluknya agar selalu bersyukur atas apa yang diterimanya sebab Tuhan itu Maha Pemurah dan Bijaksana. Maha pemurahnya Tuhan dapat diamati dalam struktur kebutuhan manusia.
Manusia yang terdiri atas dua unsur, yaitu jasmani dan rohani secara otomatis kedua unsur itu memiliki kebutuhan-kebutuhan tersendiri. Kebutuhan jasmani dipenuhi oleh sains dan teknologi, sementara kebutuhan rohani dipenuhi oleh agama dan moralitas




Analisa
Pendekatan filsafat agama sangat amat diperlukan karena pendekatan ini amat diperlukan pendekatan ini akan memberikan setidaknya pemahaman yang mendalam tentang akar suatu persoalan salah satunya dalam persoalan agama.buku filsafat agama tentang wisata pemikiran dan kepercayaan manusia ini sangat berguna terutama bagi kalangan mahasiswa perbandingan agama hal itu dikarenakan didalam buku ini menyajikan sejarah dan kepercayaan manusia tentang yang ghaib dan argumen-argumen tentang adanya tuhan.buku ini ditulis untuk mahasiswa terutama mahasiswa fakultas ushuludin.
Dari buku filsafat Agama Wisata Pemikiran dan Kepercayaan Manusia karangan Prof.DrAmsal Bahtiar M.A tersebut mempunyai kelemahan atau sebuah kekurangan jika  dibandingkan dengan buku kajian Filsafat tentang Keberadaan Tuhan dan Pluralisme agama  milik Prof.Fauzan Saleh,Ph.D terutama didalam mengkaji tentang pluralitas agama,buku milik Prof.Fauzan Saleh,Ph.D tersebut sangat jelas menyajikan tentang pluralitas agama baik itu dari segi maknanya maupun sejarahnya,akan tetapi didalam buku Filsafat tentang Keberadaan Tuhan dan Pluralisme buku milik Prof.Fauzan Saleh,Ph.D kurang begitu menyajiakan tentang sejarah pemikiran-pemikran manusia yang didalamnya terdapat tentang aliran dalam konsep ketuhanan (theisme ,dheisme,pantheisme panentheisme),dan Agama dan sains modern bagi manusia seperti halnya yang terdapat dalam buku filsafa Agama milik Prof.DrAmsal Bahtiar M.A akan tetapi keduanya akan saling melengkapi didalam perkuliahan kendati filsafat agama merupakan salah satu mata kuliah yang sangat penting terutama dalam jurusan ushulluddin prodi perbandingan Agama.