Judul buku:filsafat agama wisata pemikiran dan kepercayaan manusia
Pengarang:prof Dr.amsal Bakhtiarr,M.A.
Penerbit:PT RAJA GRAFINDO PERSADA,JAKARTA
Jumlah Halaman;269
Pengantar
Segalapuji bagi
Allah,tuhan semesta alam.atas berkahnya dan inayahnya penulisan tgs resensi
filsafat agama dirampungkan.sholawat dan salam diaturkan kepada junjungan Nabi
besar Muhamad SAW.,karena perjuangan beliau akhirnya dapat menyelesaikan tugas
resensi ini.pendekatan filsafat terhadap agama amat diperlukan karena
pendeekatan ini akan dapat memberikan setidaknya pemahaman yang mendalam dan
pengertian yang menyeluruh tentang akar suatu persoalan.resensi filsafat agama
inimengungkapkan berbagai persoalan dalam bidang agama,baik yang klasik maupun
yang kontemporer untuk dianalisis secara lebih proporsional dan tajam.contonya
persoalan tentang wujud tuhan dan kepercayaan kepadanya akan memunculkan
berbagai argumen yang mempertahankan wujud tuhan dan argumen yang meragukanya
dan bahkan menolakNya.dari kepercaan tersebut akan menimbulkan implikasi yang
amat besar,yakni sistem hubungan dengan
tuhan dandan kepercayaan dan hal- hal terkait dengan hidup setelah mati.
Kepercaan akan semakin
kokoh jika dapat mengungguli kepercayaan yang lain yang bertentangan salah
satunya dalam paham atheis dan agnostis.karena itu didalam buku yang saya
rangkumkan ini akan menawarkan kesejukan lain dari apa yang pernah kita alami
selam ini tentang agama filafat agama seoalh-olah membawa kita berwisata dalam hutan pemikiran
dan kepecayaan manusia selama ribuan tahun.yangjelas emakin ita menjelajahi
pemikiran dankepercayaan itu smakin sadar bahwa kita amat kecil dibandingkan
sejarah manusia dan alam.
BABI
AGAMA
DAN FILSAFAT
(
WAHYU DAN AKAL)
A. Agama sebagai objek kajian filsafat
Agama
adalah suatu system kepercayaan kepada tuhan yang dianut oleh sekelompok
manusia dengan selalu mengadakan interaksi dengan-nya. Pokok persoalan yang
dibahas dalam agama adalah interaksi tuhan, manusia dan hubungan manusia dengan
tuhan. Tuhan dan hubungan manusia dengan-nya merupakan aspek metafisika,
sedangkan manusia sebagai makhluk. Dengan demikian, filsafat membahas agama
dari segi metafisika dan fisika.
Ditinjau
dari segi objek material filsafat agama objeknya berdimensi metafisik dan
fisik. Sedangkan di tinjau dari objek formalnya adalah sudut pandang yang
menyeluruh, rasional, objektif, bebas, dan radikal tentang pokok-pokok agama.
Karena itu pembahasan filsafat agama perlu di tekankan pada segi obyektivitas,
kendati tidak di nafikan sama sekali masuknya unsure subjektivitas tadi. Namun,
dari pembahasan dasar agama yang besifat umum di usahakan seobjektif mungkin.
Berfikir
secara bebas dalam membahas dasar-dasar agama data mengambil dua bentuk, yaitu
:
a. Membahas
dasar-dasar agama secara analitis dan kritis tanpa terikat pada ajaran-ajaran
dan tanpa ada tujuan untuk menyatakan kebenaran suatu agama :
b. Membahas
dasar-dasa agama secara analitis dan kritis dengan maksud untuk menyatakan
kebenaran ajaran-ajaran agama, atau
sekurang-kurangnya untuk menjelaskan bahwa apa yang diajarkan agama tidak
bertentangan dengan logika. Dalam pembahasan semacam ini seseorang masih
terikat pada ajaran agama.
Dengan
demikian, bias dikatakan bahwa filsafat agama pada hakikatnya adalah pembahasan
yang mendalam tentang ajaran dasar agama.
B. Pengertian filsafat agama
Menurut
logika dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar persoalan.
Filsafat adalah pembahasan tentang segala yang ada secara radikal, rasional,
sistematis, bebas, kritis, dan universal. Setelah diketahui pengertian filsafat
dan agama, maka definisi filsafat agama diperoleh dari gabungan keduanya, yaitu
sebagai suatu usaaha membahas tentang unsur-unsur pokok agama secara mendalam,
rasional, menyeluruh, sistematis, logis dan bebas.
C. Perbedaan pendekatan teologis dan
filosofis
Teologi
terdiri atas dua kata theos yang berarti tuhan dan logos yang berarti ilmu.
Jadi, teologi adalah ilmu tentang tuhan atau ilmu ketuhanan. Pokok pembahasan
teologis adalah tuhan dan segala Sesutu yang terkait dengan-nya. Pengetahuan
teologi.
Perbedaan yang terperinci antara filsafat
dengan teologi adalah sebagai berikut.
1. Filsafat
meletakkan tuhan sebagai titik akhir atau kesimpulan seluruh pengkajiannya,
sedangkan teologi memandang tuhan sebagai titik awal pembahasannya.
2. Filsafat
mendasari premisnya atas induksi/ akal, sedangkan teologi langsung dari wahtu.
3. Filsafat
menjelaskan tuhan sebagai zat yang impersonal. Sedangkan teologi melihat tuhan
sebagai zat yang personal.
4. Dalil
filsafat tidak untuk mempertahankan keyakinan agama tertentu. Filsafat
bermaksud menyatakan kebenaran dasar semua agama tau ketidak benaran
dasar-dasar itu. Sedangkan teologi menerima ajaran agama tertentu sebagai suatu
kebenaran, dan bertujuan untuk mempertahankan keyakinan agama tersebut.
Disamping
perbedaan-perbedaan diatas, filsafat dan teologi juga memiliki persamaan antar
lain adalah.
1. Filsafat
daan teologi sama-sama tidak pernah tuntas membahas ekstensi tuhaan.
2. Objek
pembahasan filsafat dan teologi sama : yaitu tentang wujud tuhan sebagai zat
yang paling sempurna dan abadi.
3. Filsafat
dan teologi sama-sama memberikan argument yang rasional mengenai tuhan.
4. Filsafat
dan teologi sepakaat bahwa tuhan adalah sumber segala yang ada.
BABII
PROBLEMATIKA
EPISTEMOLOGI
A. Teori kebenaran ( korespondensi,
koherensi,pragmatism, dan hudhuri)
Matematika
adalah bentuk pengetahuan yang penyusunannya dan pembuktiannya didasarkaan pada
teori koherensi. Paham lain adalah kebenaran yang berdasarkan kepada teori
korespondensi, yang dipelopori oleh Bertrand Russell. Menurutnya, teori
korespondensi adalah suatu pernyatan benar jika materi pengetahuan yang
dikandung oleh pernyataan itu berkorespondensi ( hubungan / cocok). kedua teori
kebenaran itu digunakan dalam cara berfikir ilmiah.
Disamping
kedua teori tersebut, ada lagi teori yang bias dijadikan ukuran kebenaran,
yaitu pragmatism. Teori ini dicetuskan oleh Charles S. peirce dalam sebuah
makalah yang terbit pada tahun 1878 yang berjudul how to make our ideas clear.
B. Hakikat pengetahuan ( idealisme dan
realisme)
Realisme
yang mempunyai pandangan realistis terhadap alam. Dengan demikian, realisme
berpendapat dapat pengetahuan adalah benar dan tepat bila sesuai dengan
kenyataan. Teori kedua tentang hakikat pengetahuan adalah idealisme. Ajaran
idealisme menandaskaan bahwa untuk mendapatkan pengetahuan yang benar-benar
sesuai dengan kenyataan adalah mustahil. Kalau pada realism mempertajam
perbedaan antara yang mengetahui dan diketahui, maka idealisme adalah
sebaliknya. Bagi idealisme, dunia dan bagian-bagiannya harus dipandang sebagai hal-hal
yang mempunyai hubungan, seperti organisme dengan bagian-bagiannya.
C. Sumber pengetahuan ( empirisisme,
rasionalisme, dan iluminasionisme)
Menurut
empirisisme, pengetahuan diperoleh dengan perantaara panca indra. Panca indra
mendapatkan kesan-kesan dari apa yang ada di alam nyata dan kesan-kesan
berkumpul dalam diri manusia. Teori kedua tentang cra memperoleh pengetahuan
adalah raasionalisme. Rasionalisme berpendirian bahwa umber pengetahuan
terletak pada akal.
Immanuel
kant berpendapat bahwa untuk mendapatkan pengetahuan benar, seseorang harus
membedakan empat macam pengetahuan, yaitu analitis a priori, sintetis a priori,
analitis a posteriori dan sintetis a posteriori. Pengetahuan a priori adalah
pengetahuan yang tidak tergantung pada adanya pengalaman atau yang ada sebelum
pengalaman. Menurut kant, analitis a priori mendatangkan sesuatu yang baru
kepada subjeknya diperoleh taanpaa pengalaman. Sintetis a posteriori adaalah
kebalikan dari sintetis a priori, bahwa pengetahuan yang di peroleh
mendaatangkan hl yang baru akibat dari pengalaman.
BABIII
PENGEMBANGAN
KONSEP-KONSEP KETUHANAN
Dalam studi filsafat agama, konsep perubahan system
kepercayaan kepada yang ghaib itu sangat penting karena salah satu pokok ajaran
agama adalah mengenai adanya zat yang ghaib dan suci. Untuk memudahkan studi
ini, diuraikan secar rinci perkembangan konsep-konsep ketuhnan dimuli dari
dinamisme, animiame,politeisme, henoteisme dan akibatnya monoteisme.
A.DINAMISME
DAN ANIMISME
Istilah dinamisme berasal dari kata dinamo artinya kekuatan. Dinamisme
adalah paham/kepercayaan bahwa pada benda-benda tertentu baik benda
hidup atau mati bahkan juga benda-benda ciptaan (seperti tombak dan keris)
mempunyai kekuatan gaib dan dianggap bersifat suci.
Animesme: Animisme
adalah agama yang mengajarkan bahwa tiap-tiap benda, baik yang
beryawa maupun tidak bernyawa mempunyai roh. Tujuan beragama dalam Animisme
adalah mengadakan hubungan baiik dengan roh-roh yang ditakuti dan dihormati itu
dengan senantiasa berusaha menyenangkan hati mereka.
B.Politeisme
Kepercayaan pada
kekuatan gaib yang meningkat menjadi kepercayaan pada roh disebut animism
megalami beberapa tahap perkembangan. Pada awalnya penganut animisme
mempercayai semua benda mempunyai roh. Kemudian dari sekian benda yng ada
mempunyai roh. Ada yang kuat sehingga menimbulkan pengaruh pada lam. Benda yang
dianggap pling kuat itu kemudian dijadikan symbol penyembahan dan peribadaatan.
C.HENOTISME
DAN MONOTHEISME
Henoteisme adalah paham tuhan nasional. Paham yang
serupa terdapat dalam perkembangan keagamaan masyarakat yahudi.
Monotheisme adalah faham yang meyakini Tuhan itu
tunggal dan personal, yang sangat ketat menjaga jarak dengan ciptaanNya.
BABIV
ALIRAN-ALIRAN
DALAM KONSEP KETUHANAN
Aliran mengenai konsep
ketuhanan berbeda dengan perkembangan konsep kepercayaan kepada Tuhan. Kalau
perkembangan konsep ketuhanan lebih menekankan pada aspek sejarah, sedangkan
dalam aliran tentang konsep ketuhanan tidak dilihat dari aspek sejarah, tetapi
hubungan Tuhan dengan dunia dan makhluk-Nya.
Aliran-aliran mengenai konsep
ketuhanan juga bisa disebut dengan pandangan dunia (world view) tentang Realitas yang tertinggi.seseorang perlu
menganalisis pandangan dunia tentang Tuhan satu persatu, agar dia bisa
membedakan antara satu paham dengan paham yang lain dan sekaligus mencari titik
persamaan.
A.
Teisme
Teisme berpendapat bahwa alam diciptakan oleh Tuhan yang Maha
Sempurna, sehingga antara Tuhan dan makhluk sangat berbeda. Menurut teisme
Tuhan berada di alam (immanent) dan
Dia juga jauh dari alam (transcendent).
Ciri lain dari teisme menegaskan bahwa Tuhan setelah menciptakan alam, tetap
aktif dan memelihara alam. Agama-agama besar pada dasarnya menganut paham
teisme, seperti Yahudi, Kristen dan Islam.
B.
Deisme
Kata deisme berasal dari bahasa Latin deus yang berarti Tuhan. Menurut paham deisme Tuhan berada jauh di
luar alam. Tuhan menciptakan alam dan sesudah alam diciptakan-Nya. Ia tidak
memperhatikan dan memelihara alam lagi. Alam berjalan sesuai dengan
peraturan-peraturan yang telah ditetapkan ketika proses penciptaan.
Peraturan-peraturan tersebut tidak berubah-ubah dan sangat sempurna.
C.
Panteisme
Panteisme terdiri atas tiga kata, yaitu pan, berarti seluruh, theo
berarti Tuhan, dan isme, berarti
paham. Jadi pantheism atau pantesime adalah paham bahwa seluruhnya
Tuhan berpendapat bahwa seluruh alam ini adalah Tuhan dan Tuhan adalah seluruh
alam. Benda-benda yang dapat ditangkap dengan pancaindra adalah bagian dari
Tuhan. Manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan benda mati adalah bagian dari
Tuhan.
D.
Panenteisme
Panenteisme berpandangan bahwa panenteisme Tuhan adalah Pengatur
dari materi yang sudah ada, bekerjasama dengan alam, tergantung pada alam,
berubah menuju kesempurnaan.
Panenteisme memandang hubungan Tuhan dan alam sama dengan pikiran
berhubungan dengan tubuh. Namun panenteisme menganggap “tubuh” (alam) Tuhan
adalah satu kutub dan “akal” (yang diluar alam)-Nya adalah kutub yang lain.
Pernyataan ini bersesuaian dengan para pemikir modern yang mengatakan bahwa
daya akal tergantung pada otak, begitu juga penganut panenteisme meyakini bahwa
Tuhan tergantung pada alam dan alampun tergantung kepada Tuhan.
BABV
BERBAGAI
BENTUK KERAGUAN DAN PENOLAKAN TERHADAP AGAMA
A.
Empirisme
David Hume adalah tokoh filsafat barat yang mengembangkan filsafat
empirisisme. Menurut David Hume manusia tidak membawa pengetahuan bawaan dalam
hidupnya. Sumber pengetahuan adalah pengamatan. Pengamatan memberikan dua hal,
yaitu kesan-kesan (impressions) dan
pengertian-pengertian atau idea-idea (ideas).
David Hume menegaskan bahwa pengalaman lebih memberi keyakinan
dibanding kesimpulan logika atau kemestian sebab akibat. Hume menghujat argumen
ontologis dan kosmologis tentang keberadaan Tuhan dan sekaligus membatasi
kemampuan akal.
B.
Positivisme
Positivisme, kata asalnya adalah “positif”, berarti yang diketahui,
yang faktual dan yang positif. Segala uraian yang diluar fakta atau kenyataan
dikesampingkan. Oleh karena itu metafisika ditolak. Apa yang diketahui secara
positif adalah segala yang tampak dan dapat diukur.
Positivisme memandang agama sebagai gejala peradaban manusia yang
primitif. August Comte, tokoh positivisme, membagi sejarah umat manusia ada
tiga tahap, pertama, tahap teologis, kedua, tahap metafisika, ketiga, tahap positif.
C.
Materialisme
Bibit materialisme bisa ditelusuri dari ajaran Demokritos tentang
atom. Demokritos, sebagaimana para filosof alam zaman Yunani Kuno, mengatakan
bahwa alam terdiri dari atom-atom yang tidak terbatas jumlahnya.
Ajaran demokritos ini kemudian dikembangkan oleh Ludwig Feuerbach
dan Karl Marx abad ke-19. Menurut Feuerbach hanya alamlah yang berada, termasuk
manusia. Kebahagiaan manusia bisa dicapai di dunia ini. Oleh sebab itu, agama
dan metafisika harus ditolak.
Menurut Marx, agama adalah hasil proyeksi pikiran dan keinginan
manusia. Di satu sisi agama bagi kelas elit dijadikan alat legitimasi untuk
mempertahankan ketidakadilan dan menanamkan “moralitas” sesuai dengan
kepetingan mereka. Disisi lain agama bagi kaum buruh dianggap pelarian dari
penindasan.
D.
Freudianisme
Freudianisme bukan merupakan sebuah ideologi tetapi lebih mendekati
suatu paham atau aliran. Freudianisme digunakan dalam tulisan ini untuk
menunjukkan pemikiran Sigmund Freud yang berpengaruh pada agama, terutama
tinjauannya dari aspek psikologi.
BABVI
AKAR
KERAGUAN TERHADAP AGAMA
A. Naturalisme
Salah satu problem yang dihadapi oleh manusia modern, terutama para
ilmuwan adalah apakah agama bisa sejalan dengan teori-teori ilmiah? Sebab, ilmu
menekankan pembahasannya pada alam fisik, sedangkan agama padahal yang diluar
fisik. Ilmu menyelidiki natur, sedangkan agama membahas supernatur.
B. Humanisme dan Eksistensialisme
Istilah humanisme berasal dari humanitas,
yang berarti pendidikan manusia. Humanisme menegaskan bahwa manusia adalah
ukuran segala sesuatu. Kebesaran manusia harus dihidupkan kembali, yang selama
ini terkubu pada abad pertengahan.
Humanisme pada awalnya tidak anti agama. Humanisme ingin mengurangi
peranan institusi gereja dan kerajaan yang begitu besar, sehingga manusia
sebagai makhluk Tuhan kehilangan kebebasannya.
Puncak perkembangan humanisme adalah eksistesialisme.
Eksistensialisme mengakui bahwa eksistensi mendahului esensi (hakikat).
Sebagaimana Marxisme, eksistensialisme mengutamakan manusia sebagai individu
yang bebas dan menghilangkan peranan Tuhan dalam kehidupannya. Eksistensialisme
mengutamakan kemajuan dan perbaikan. Nietzsche salah seorang tokoh
eksistensialisme dengan lantang mengatakan bahwa Tuhan telah mati dan terkubur.
C. Problem Kejahatan
Kejahatan pada prinsipnya dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu
kejahatan moral dan kejahatan alam. Kejahatan moral berasal dari manusia,
sedangkan kejahatan alam berasal di luar kemampuan manusia.
BABVII
ARGUMEN-ARGUMEN
TENTANG WUJUD TUHAN
A.
Argumen
Ontologis
Argumen ontologis (ontos
= sesuatu yang berwujud, ontologi = teori/ilmu tentang wujud tentang hakikat
yang ada). Argumen ontologis tidak banyak berdasar pada alam nyata, tetapi
argumen ini berdasarkan pada logika semata-mata.
Argumen ontologis dipelopori oleh Plato (428-348 SM) dengan teori
idenya. Menurut tiap-tiap yang ada di alam ini mesti ada idenya. Yang dimaksud
dengan ide ialah definisi atau konsep universal dari setiap sesuatu.
B.
Argumen
Kosmologis
Argumen kosmologis ini disebut juga dengan argumen sebab akibat,
yang timbul dari paham bahwa alam adalah bersifat mungkin dan bukannya bersifat
wajib dalam wujudnya. Dengan kata lain, alam adalah akibat dan setiap akibat
tentu ada sebabnya.
C.
Argumen
Teleologis
Alam yang teleologis (telos
berarti tujuan, teleologis berarti serba tujuan), yaitu alan yang diatur
menurut suatu tujuan tertentu. Dengan kata lain, alam ini dalam keseluruhannya
berevolusi dan beredar menuju suatu tujuan tertentu.
D.
Argumen
Moral
Argumen moral ini dipelopori oleh Immanuel Kant (1724-1804). Kant
berpendapat bahwa manusia mempunyai perasaan moral yang tertanam dalam jiwa dan
hati sanubarinya. Orang merasa bahwa ia mempunyai kewajiban untuk menjauhi
perbuatan-perbuatan buruk dan menjalankan perbuatan-perbuatan yang baik.
Kant berpendapat bahwa logika tidak dapat membawa keyakinan tentang
adanya Tuhan. Oleh karena itu, ia berpendapat bahwa perasaan yang dapat
menegaskan dengan jelas bahwa Tuhan itu ada.
Argumen moral ini dapat disederhanakan lagi sebagai berikut. Kalau
manusia merasa bahwa dalam dirinya ada perintah mutlak untuk mengerjakan yang
baik dan menjauhi yang buruk dan kalau perintah ini diperoleh bukan dari
pengalaman tetapi telah terdapat dalam diri manusia, maka perintah ini mesti
berasal dari suatu zat yang tahu akan baik dan buruk. Zat inilah yang disebut
Tuhan.
BABVIII
TUHAN,
MANUSIA, DAN ESKATOLOGI
A.
Tuhan
sebagai Zat yang Personal dan Impersonal
Pada prinsipnya, Tuhan yang personal dan Tuhan yang impersonal
dapat dibedakan dalam beberapa segi, yaitu :
1. Tuhan
personal menekankan pada identitas Tuhan sebagai zat yang sempurna dan perlu
disembah sebagai wujud pengabdian makhluk kepada penciptanya. Tuhan impersonal
tidak mempersoalkan identitas Tuhan,
tetapi yang terpenting adalah ide tentang Tuhan merupakan konsekuensi logis
dari keberadaan wujud. Karena itu, Tuhan impersonal disembah dan dipuja.
2. Tuhan
personal berasal dari petunjuk wahyu, sedangkan Tuhan impersonal berasal dari
kesimpulan pemikiran manusia. Karena itu, Tuhan dalam agama adalah Zat Pencipta
dan sekaligus Pemelihara alam, sedangkan dalam filsafat, Tuhan hanya sebagai
Sebab Awal dan tujuan segala wujud.
B.
Kekuasaan
Mutlak Tuhan dan Kebebasan Manusia (Free
Will)
Konsep pertama mengatakan bahwa Tuhan Maha Kuasa, manusia tidak
bebas berkehendak dan berbuat. Perbuatan manusia sebenarnya adalah perbuatan
Tuhan. Konsep ini dalam bahasa Arab disebut dengan jabariah, yang berasal dari kata jabara, yang artinya terpaksa.
Kata ini kemudian menjadi paham jabariah. Dalam bahasa Inggris disebut predestination (fatalisme).
Konsep kedua, perbuatan manusia adalah hakiki bukan kiasan. Manusia
mempunyai kebebasan dalam berbuat, sedangkan Tuhan hanya berperan menciptakan
sifat/daya kebebasan itu pada manusia. Penggunaan daya kebebasan itu sendiri
diserahkan kepada manusia. Paham ini dalam istilah Arab disebut Qadariah.
C.
Hidup
Sesudah Mati
Kematian adalah fakta, sedangkan hari akhirat bukan fakta, tetapi
suatu keyakinan yang diperkuat oleh argumen yang logis.
Sigmund Freud, ahli psikoanalis, mengatakan bahwa yang paling
ditakuti oleh manusia adalah kematian. Karena kematian itu tidak dapat ditolak,
dia mencari perlindungan kepada hal yang bersifat supernatural, yaitu Tuhan.
Tuhan adalah imajinasi dia sendiri yang seakan-akan dapat membantu untuk
menyelesaikan misteri yang paling ditakutinya. Jadi, menurut Freud, manusia
yang percaya kepada Tuhan adalah manusia yang lemah dan butuh perlindungan
kepada zat yang lebih besar. Hal tersebut tidak ubahnya seperti anak kecil yang
masih butuh bimbingan orang tua.
Sartre, seorang tokoh eksistensialis, yang sangat menegaskan
kebebasan manusia, akhirnya ia mengakui bahwa manusia tidak bebas lagi ketika
menghadapi kematian. Bagi Sartre, maut adalah sesuatu yang absurd. Pertama,
karena kenyataan bahwa maut tidak bisa ditunggu, melainkan hanya bisa
diharapkan akan datang.
BABIX
AGAMA
DAN SAINS MODERN
A. Peranan dan Tantangan Agama dalam Sains dan
Teknologi
Seiring dengan kemajuan sains dan teknologi di Barat, nilai-nilai
agama secara berangsur-angsur juga bergeser bahkan bersebrangan dengan ilmu.
Bagi sebagian kalangan ilmuwan di Barat agama dianggap penghalang kemajuan.
Mereka beranggapan, jika ingin maju, agama tidak boleh lagi mengurusi
masalah-masalah yang berkaitan dengan dunia, seperti politik dan sains.
August Comte mengatakan bahwa agama hanya cocok untuk masyarakat
yang masih primitif dan terbelakang. Sekarang menurut Comte, adalah era
positivisme, yang semua kejadian dapat diukur dan diterangkan dengan rasional.
Bahkan para saintis suatu saat berpendapat bahwa pencarian untuk menemukan
“kebenaran” akan membawa suatu kecenderungan utama untuk menyembah sains
ketimbang agama.
B. Tujuan Agama dan Sains
agama berfungsi membimbing umat manusia agar hidup tenang dan
bahagia di dunia dan di akhirat. Adapun sains dan teknologi berfungsi sebagai
sarana untuk memudahkan aktivitas manusia di sunia.
C. Agama dan Sains Modern sebagai Kebutuhan
Manusia
Dalam pandangan positivisme atau materialisme, jika sains dan
teknologi sudah maju, masyarakat tidak membutuhkan agama lagi sebab semua
kebutuhan dan keinginan mereka sudah terpenuhi oleh sains dan teknologi. Sepintas
pernyataan tersebut ada benarnya, tetapi ketika direnungkan dalam timbul
soalan.
Pada dasarnya manusia ingin kebutuhan materinya cukup dan juga
merasa puas dan bahagia dengan kecukupan itu. Agama mengajarkan pemeluknya agar
selalu bersyukur atas apa yang diterimanya sebab Tuhan itu Maha Pemurah dan
Bijaksana. Maha pemurahnya Tuhan dapat diamati dalam struktur kebutuhan
manusia.
Manusia yang terdiri atas dua unsur, yaitu jasmani dan rohani
secara otomatis kedua unsur itu memiliki kebutuhan-kebutuhan tersendiri.
Kebutuhan jasmani dipenuhi oleh sains dan teknologi, sementara kebutuhan rohani
dipenuhi oleh agama dan moralitas
Analisa
Pendekatan filsafat agama sangat amat diperlukan karena pendekatan
ini amat diperlukan pendekatan ini akan memberikan setidaknya pemahaman yang
mendalam tentang akar suatu persoalan salah satunya dalam persoalan agama.buku
filsafat agama tentang wisata pemikiran dan kepercayaan manusia ini sangat
berguna terutama bagi kalangan mahasiswa perbandingan agama hal itu dikarenakan
didalam buku ini menyajikan sejarah dan kepercayaan manusia tentang yang ghaib
dan argumen-argumen tentang adanya tuhan.buku ini ditulis untuk mahasiswa
terutama mahasiswa fakultas ushuludin.
Dari buku filsafat Agama
Wisata Pemikiran dan Kepercayaan Manusia karangan Prof.DrAmsal Bahtiar M.A tersebut
mempunyai kelemahan atau sebuah kekurangan jika dibandingkan dengan buku kajian Filsafat tentang Keberadaan Tuhan dan Pluralisme
agama milik Prof.Fauzan Saleh,Ph.D
terutama didalam mengkaji tentang pluralitas agama,buku milik Prof.Fauzan Saleh,Ph.D
tersebut sangat jelas menyajikan tentang pluralitas agama baik itu dari segi
maknanya maupun sejarahnya,akan tetapi didalam buku Filsafat tentang Keberadaan Tuhan dan Pluralisme buku milik Prof.Fauzan
Saleh,Ph.D kurang begitu menyajiakan tentang sejarah pemikiran-pemikran manusia
yang didalamnya terdapat tentang aliran dalam konsep ketuhanan (theisme
,dheisme,pantheisme panentheisme),dan Agama dan sains modern bagi manusia
seperti halnya yang terdapat dalam buku filsafa Agama milik Prof.DrAmsal Bahtiar
M.A akan tetapi keduanya akan saling melengkapi didalam perkuliahan kendati
filsafat agama merupakan salah satu mata kuliah yang sangat penting terutama
dalam jurusan ushulluddin prodi perbandingan Agama.